Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Perbedaan Listrik Prabayar dan Pascabayar, Mau Pilih Mana?

Sejak 2010, PT PLN (Persero) memperkenalkan sistem listrik prabayar kepada masyarakat. Memang apa bedanya listrik prabayar dan pascabayar? Secara mudahnya, perbedaannya ada pada cara pembayaran. Untuk prabayar, Anda harus membeli pulsa listrik terlebih dulu baru menggunakan, sementara pascabayar adalah sebaliknya.

Listrik prabayar dan pascabayar

Pastinya, baik sistem listrik prabayar dan pascabayar sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai pengguna listrik, Anda bisa memilihnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Karena mau bagaimanapun, listrik memang sangat penting fungsinya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Apalagi dengan semakin majunya zaman, alat-alat elektronik pun juga makin bertambah. Hal ini akhirnya membuat penggunaan listrik masyarakat Indonesia juga meningkat. Supaya bisa menentukan mana yang terbaik, berikut ini adalah ulasan satu persatu antara sistem listrik prabayar maupun sistem listrik pascabayar.

Mengenal Sistem Listrik Prabayar


Seperti namanya, sistem listrik prabayar adalah Anda harus membayar terlebih dulu di awal supaya bisa menggunakan aliran listrik. Layaknya membeli pulsa pada smartphone, begitulah sistem ini dijalankan. Pelanggan yang menggunakan sistem listrik prabayar, harus membeli token listrik di merchant yang bekerjasama dengan PLN.

Lantaran menggunakan sistem pulsa, alat meteran listrik untuk prabayar tidak berbentuk analog melainkan digital. Di mana konsumen bisa memasukkan kode stroom token listrik yang dibeli kepada alat meteran. PLN menyediakan nominal untuk token listrik cukup variatif, yakni mulai Rp20 ribu yang bisa dibeli di toko-toko kelontong atau minimarket.

Jika bicara soal mana yang lebih unggul antara listrik prabayar dan pascabayar, tentu akan tergantung. Hanya saja kalau Anda menginginkan penggunaan listrik yang lebih terkontrol, maka sistem prabayar bisa dipilih. Karena Anda bisa memperkirakan berapa hari token listrik itu dipakai sehingga bisa tahu apakah hemat atau boros.

Hal yang cukup menyenangkan dari sistem listrik prabayar adalah Anda tak perlu cemas pada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Karena pelanggan listrik prabayar relatif tidak berpengaruh.

Kenapa begitu? Lantaran kWh yang dibeli lewat token listrik biasanya tidak ikut mengalami kenaikan seperti TDL untuk pelanggan listrik pascabayar. Tak heran kalau akhirnya sistem listrik prabayar atau listrik pintar ini lebih disarankan untuk kalangan menengah.

Memahami Sistem Listrik Pascabayar


Tidak lengkap rasanya jika membahas perbedaan listrik prabayar dan pascabayar tanpa menjelaskan keduanya. Jika listrik prabayar sudah Anda ketahui, maka Anda juga wajib memahami sekilas mengenai sistem listrik pascabayar. Kebalikan dari prabayar, listrik pascabayar membuat pelanggan bisa menggunakan aliran listrik dulu baru tagihan dibayar.

Biasanya tagihan dibayar ke PLN pada akhir bulan sesuai dengan energi yang dipakai. Artinya jika semakin besar daya listrik yang dipakai, maka tagihan bulanan tentu bakal membengkak. Karena itulah, listrik pascabayar biasanya masih menggunakan alat meteran listrik analog. Pelanggan bisa membayar tagihan langsung ke PLN atau loket tertentu.

Dengan fakta ini, para pengguna listrik pascabayar jelas tak perlu repot-repot membeli token listrik. Aliran listrik pun akan tersedia terus hingga akhir bulan, selama Anda selalu membayar tagihan tepat waktu. Hanya saja memang dengan keunggulan tersebut, para pengguna listrik pascabayar tidak bisa melakukan kontrol ketat seperti listrik prabayar.

Namun tenang saja, kalau memang Anda ingin melakukan penghematan supaya tagihan bulanan tak membengkak, Anda bisa membatasi penggunaan pada beberapa alat elektronik. Dengan begitu, Anda bisa memanfaatkan aliran listrik secara lebih bijak. Jadi, mau pilih listrik prabayar dan pascabayar? Sesuaikan saja dengan kebutuhan Anda.